بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.
اَللَّهُ أَكْبَرْ’ اَللَّهُ أَكْبَرْ’ اَللَّهُ أَكْبَرْ’
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.
اَللَّهُ أَكْبَرْ’ اَللَّهُ أَكْبَرْ’ اَللَّهُ أَكْبَرْ’
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّ
ئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
لهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
،
أَمَّابَعْدُ؛
عِبَادَاللَّهِ ’
. اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِىْ
بِتَقْوَوْىاللَّهِ فَقَدْفَا زَالْمُتَّقُوْنَ
.
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِىالْقُرْآنِ الْعَظِيْمْ’
آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا يَا أَيُّهَا الَّذِين
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِىالْقُرْآنِ الْعَظِيْمْ’
آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا يَا أَيُّهَا الَّذِين
Hadirin
jamaah Idul Adha yang dirahmati Alloh
Alhamdulillah
pagi ini kita dapat berkumpul menikmati indahnya matahari, sejuknya hawa pagi
sembari mengumandangkan takbir mengagungkan Ilahi Rabbi dirangkai dengan dua
raka’at Idul Adha sebagai upaya mendekatkan diri kepada Yang Maha Suci. Marilah
kita bersama-sama meningkatkan taqwa kita kepada Allah swt dengan sepenuh hati.
Kita niatkan hari ini sebagai langkah awal memulai perjalanan diri mengarungi
kehidupan seperti yang tercermin dalam keta’atan dan ketabahan Nabi Allah Ibrahim
as menjalani cobaan dari Allah Yang Maha Tinggi.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Idul
adha disebut juga idul qurban adalah
hari raya yang tidak terpisahkan dengan Udhiyah atau penyembelihan hewan
qurban, yang mana daging dari hewan sembelihan tersebut dibagikan kepada
segenap umat manusia tanpa terkecuali, baik yang meminta maupun tidak, baik
muslim maupun non muslim, baik kaya maupun miskin.
Ada
beberapa hikmah yang bisa kita ambil dan maknai dalam peristiwa idul adha ini
Hikmah
pertama
Idul adha bermakna mendekatkan diri
Qurban
secara harfiah berasal dari kata qoroba
bermakna dekat. Qurban dimaknai mendekatkan diri. Esensinya adalah
pendekatan diri,baik secara vertical dalam arti mendekatkan diri pada Allah swt
maupun secara horizontal dalam arti mendekatkan diri dengan masyarakat sosial
sekitar.
Ditengah
rutinitas kita, disadari atau tidak
sebagai manusia kita sering terlena dengan kesibukan dan rutinitas kita.
Sehingga kita mulai melonggarkan kedekatan kita baik dengan Allah Robul Ijati maupun
dengan tetangga dan sanak saudara. Setapak demi setapak kita menjauh… lama-lama
kita semakin jauh.. akhirnya penghambaan diri kita kepada Allah terkadang hanya
prosesi ritual semata, sekedar gugurkan kewajiban, itupun di sela-sela waktu
dan tenaga kita yang tersisa…,akhirnya ibadah mahdhoh yang kita lakukan menjadi
tanpa ruh.. dan tidak ada atsar yang terwujud dalam kehidupan kita.
Pun
begitu setapak demi setapak kita merenggang dari masyarakat sekitar, atas nama
sibuk dan rutinitas kerja terkadang kita lupa untuk sekedar sapa pada tetangga,
Semakin
lama kita menjelma menjadi makhluk yang individualistis, terlebih saat secara
materi kita bisa penuhi sendiri segala kebutuhan. Maka kita agak tidak peduli
dengan apa yang terjadi dengan orang, saudara atau tetangga di kanan dan di
kiri.
Dengan
qurban yang bermakna mendekatkan diri inilah mari kita jadikan momentum untuk
kembali merajut ikatan yang mulai terurai, menyambung mata rantai yang mulai
tercerai berai, mendekatkan diri, mengikatkan hati, tanpa pamrih menjalin
kasih, dengan saudara dan handai taulan.
Hadirin
yang di Rahmati Allah
Hikmah kedua qurban mengikis kesombongan
diri
Pada
peristiwa qurban juga kita jumpai pembelajaran untuk mengikis kesombongan diri.
Bukankah syariat qurban berawal ketika Allah SWT menagih ucapan Nabi Ibrahim,
yang tatkala beliau berkurban dengan Hewan dalam jumlah banyak, kemudian ada orang yang memuji kedermawanan
beliau. Maka munculah watak manusiawinya dengan mengatakan jangankan sekedar
hewan, anak sekalipun kalau Allah minta harus di qurbankan akan di qurbankan
Ada
sifat kesombongan yang terselip dalam ucapan tersebut, sehingga Allah mengikis
habis sifat tersebut dari Nabiyulloh
yang termaksum itu, dengan sebuah pembelajaran yang sangat agung dan
menakjubkan
Sifat
kesombongan adalah virus iman yang bisa menyerang siapa saja, dalam kondisi apa
saja. Virus kesombongan tidak hanya menyerang orang yang bergelimang dalam
kemaksiatan, seorang ahli ibadah yang alim pun tidak jarang terserang oleh
penyakit ini. Bukankah sejarah pun mencatat kalau Iblis la’natulloh alaih
awalnya adalah sosok yang rajin ibadah sehingga Allah angkat derajat dan
tempatnya ke alam malakut, namun karena kesombongannya lah akhirnya derajat
tinggi tersebut harus berakhir tragis dengan dinobatkannya Iblis la’natulloh
sebagai makhluk durjana. Naudzubillahi min dzalik…
Hadirin
Rahimakumulloh
Virus
kesombongan ini akan menyerang kita
dengan gejala awal dimana seseorang akan merasa takjub dengan kemampuan
dirinya, kemudian muncul sum’ah dimana setiap ucapannya berharap didengar
khalayak, atau riya dimana setiap perbuatannya senantiasa ingin dilihat dan
diperhatikan orang banyak. Setelah itu munculah ketakaburan, kesombongan diri,
selalu ingin berada diatas orang lain, dan tidak senang ada orang yang
menyamainya terlebih berada di atasnya, dia tidak lagi suka dengan kritikan,
dan senantiasa mematikan setiap pihak yang berseberangan atau berpotensi
menyamainya. Orang takabur cenderung bersikap individualistis, plamboyan ingin
berada di puncak sendiri, tidak senang ketika ada yang menyamainya terlebih
melebihinya.
Dengan
demikian orang yang terjangkit sifat takabur ini sejatinya telah merebut hak
Allah. Telah memakai selendang Allah yang memang sangat tidak layak dipakai oleh kita sebagai
makhluk-Nya.
Ada
baiknya kita antisipasi serangan virus ini dengan lebih prefentif, ketika
pujian atau sanjungan tertuju pada kita marilah kita beristighfar seraya tetap
meyakinkan diri bahwa hanya Allah lah
dzat yang hamiid dan al-mutakabir.
Hadirin
yang dirahmati Allah
Pada
waktu yang bersamaan saudara-saudara kita pada saat ini, di padang arofah
sedang melakukan wukuf, dengan mengenakan dua lembar kain putih tanpa jahitan,
tanpa mode, tanpa hiasan dan aksesories lainnya. Semua duduk sama rata,
menyibukan dirinya hanya dengan Allah swt. Padang arafah menjadi miniature dari
Padang Mahsyar dimana kita akan dikumpulkan dengan menanggalkan segala
atribut-atribut keduniawian.
Saat
ini diakui atau tidak baju yang kita kenakan dengan segala atribut dan
aksesories yang diselamatkan adalah menjadi lambing status dalam sosial
kemasyarakatan, dan diakui atau tidak menjadi salah satu penyebab merenggangnya
kita dengan sanak dan sesama manusia. Selain itu atribut-atribut itu pula yang
menjadi pemicu tumbuhnya virus-virus keangkuhan dan kesombongan dalam hati
kita. Dengan perlambang wukuf inilah semua ini dinafikan, Seraya kita berlindung kepada Allah dari
segala sifat-sifat kesombongan kita pun berdoa semoga kita semua segera
diundang Allah swt untuk dapat bermunajat di Padang Arofah itu dalam ibadah
wukuf. Aamiin ya Robbal alamiin….
Allohuakbar allohuakbar alohuakbar walillahhilhamd
Hadirin
yang dirahmati Alloh…
Hikmah ketiga dalam qurban ini adalah
ketaatan
Dalam
sejarah Ibrahim AS dan peristiwa qurban, terselip pula makna ketaatan yang dalam, ketaatan yang
absolute, ketaatan yang tanpa syarat dan ketentuan.
Ibrahim as mengajarkan kita hakikat ketaatan
diatas segalanya, diatas kecerdasan otak atau logika. Bagaimana digambarkan
kisah Ibrahim AS yang sangat mendambakan seorang anak, maka di usia yang tidak
muda lagi Alloh menakdirkan istrinya siti Hajar untuk mengandung buah cintanya
yang kelak bernama Ismail AS. Namun saat bayi itu lahir justru Allah
memerintahkan bayi Ismail dan Ibunya untuk ditinggalkan disuatu padang gersang.
Hadirin
rohimakumulloh
Logika
mana yang bisa menerima tatkala anak yang sangat di idam-idamkan, harus
ditinggalkan di tempat yang saat itu menurut pandangan manusia sangat tidak
menjanjikan, bukan di simpan di gedung mewah atau di villa megah. Namun
ditinggalkan di gurun tandus di padang gersang. Ada cinta yang harus di
korbankan, ada kasih sayang yang harus dikorbankan, cinta dari seorang suami
kepada istrinya, kasih sayang seorang ayah kepada anaknya. Atas nama sami’na waatho’na
semua kecil dan tidak berarti. Bagi Ibrahim AS ketaatan tanpa syarat diatas segala-galanya. Namun pun begitu, sisi
manusiawi seorang Ibrahim pun tetap muncul, tatkala Ibrahim mempresentasikan
keadaan gurun tempat dimana beliau harus meninggalkan istri dan anaknya.
Seakan-akan Ibrahim as menganggap Allah tidak tahu dengan keadaan medan gurun
yang dimaksud. Ibrahim AS seperti ingin menjelaskan sekaligus meyakinkan kepada
Allah SWT benarkah Allah swt memerintahkan untuk meninggalkan keturunannya di tempat
ini, ditempat seperti ini?
Hal
ini diabadikan Allah dalam firmannya Alquran surah Ibrahim ayat 47 ::
Ya
Tuhan kami, sesungguhnya aku tinggalkan keturunanku di gurun yang tidak ada
tumbuhan…..”
Maka
ketika ibrohim as meninggalkan siti hajar dan bayi Ismail… maka Siti hajar pun
bertanya: wahai suamiku… apakah engkau tidak sayang terhadap anak dan istrimu
ini…. Ibrahim tidak menjawab dan terus berjalan meninggalkannya… bertanya lagi
siti hajar… wahai suamiku.. tegakah engkau tinggalkan anak dan istrimu di
tempat seperti ini…?
Ibrahim
tetap tidak menjawab. Kemudian siti Hajar bertanya untuk ketiga kalinya… wahai
suamiku apakah engkau tinggalkan kami di sini atas perintah Allah swt…? Sontak
Ibrahim membalikan badannya dan menjawab dengan penuh keyakinan “ benar
istriku…!”
Sikap
membisu Ibrahim kala ditanya untuk pertanyaan pertama dan kedua menyiratkan
bahwa Ibrahim tidak mampu menggambarkan dengan kata-kata untuk menjelaskan
bahwa betapa sayang dan cintanya Ibrahim terhadap anak dan istrinya, namun
perasaan mendalam itu harus beliau tekan sedalam mungkin sehingga tidak
membuncah dalm ucapan atau ratapan.. namun tatkala ditanya untuk ketiga
kalinya, dengan kemantapan hati beliau menjawab seraya penuh keyakinan bahwa
Allah sangat bertanggungjawab dengan kelangsungan anak dan istrinya ketika
perintah-Nya dijalankan.
Sekali
lagi… ada ketaatan absolute di sana, ketaatan tanpa syarat… ketaatan yang tidak
bisa ditawar tawar…
Lalu
bagaimanakah dengan kita?
Tak
jarang…….
atas
nama cinta dan kasih sayang kita berikan toleransi pada anak-anak kita,
sehingga kita lakukan pembiaran mana kala anak kita menjauh dari ketaatan
kepada Allah…
atas
nama kemajuan jaman kita biarkan anak-anak kita untuk bermain-main di area
penuh kemaksiatan
atas
nama budaya dan kekinian kita biarkan anak gadis dan istri kita mengenakan
perhiasan atau pakaian yang mengumbar aurat….. bahkan kita yang membelikannya
naudzubillahimindzalik….
Hadirin yang dirahmati Allah…
Kembali
pada kisah Ibrahim…
Selanjutnya
Siti hajar bertanya… kepada siapakah engkau akan titipkan aku dan anakmu?
Kembali
dengan mantap Ibrahim menjawab… Kepada Allah yang maha kaya dan maha
mencukupi…!”
Seraya
bayi Ismail dalam pangkuannya, Siti hajar menjawab: Rodhitu billahirobba….
Satajiduni Insya Allah minashobirin…”
Jawaban
tulus inilah yang menitis pada bayi Ismail, di rekam oleh memori otak yang
super canggih, maha karya sang maha pencipta…
hingga jawaban ini pula yang keluar kelak dari seorang pemuda bernama
Ismail tatkala ayahnya menyampaikan perintah untuk menyembelihnya.
Sungguh
sebuah pendidikan dini yang menakjubkan, ketika Ibu dengan tulus menyayangi
anaknya, membisikan atau memperdengarkan kalimat-kalimat thoyibah pada anak
yang digendongnya… disadari atau tidak akan sangat berpengaruh pada pembentukan
karakter anak tersebut kelak
Apa
jadinya kita: manakala ibu yang ditimpa kemalangan, merasa tersakiti oleh
suaminya kemudian mengeluarkan sumpah serapah atau kata-kata kotor? Dan itu
didengar oleh anak-anak kita.
Siapa
yang disalahkan manakala kita sering mendengar anak-anak generasi kita sangat
ringan untuk sumpah serapah, mengumpat, melaknat, dan berkata yang tidak
pantas..?
Mari
kita teladani… dan mari kita sama-sama lakukan introspeksi sejauh mana kita
hayati…
Allohuakbar… allohuakbar… allohuakbar
walilahilhamd…
Hadirin yang dirahmati Alloh...
Setiap
tahun kita rayakan idul adha, setiap tahun kita diingatkan dengan keagungan
kisah keluarga Ibrahim as. Namun adakah hikmah yang kita gamit dari sana? Atau
hanya dianggap cerita fantastis belaka yang kita ceritakan sebagai pengantar
tidur anak-anak kita?
Tentu
kita tidak ingin demikian….
Ibrahim
sebagai sosok pribadi yang paripurna penuh suri tauladan yang bisa kita jadikan
panutan untuk kita tiru. Bagaimana kisah kembali menceritakan sosok Ibrahim
muda yang begitu patuh pada ayahandanya; Azar
yang saat itu sebagai arsitek, pembuat, sekaligus penjual berhala, tuhan-tuhan yang saat itu disembah… lalu
meminta Ibrahim sebagai anaknya untuk menjual dan menjajakan tuhan-tuhan tsb.
Ada pemberontakan dalam hati Ibrahim, ada perbedaan pikiran antara Ibrahim
dengan ayahnya. Namun kembali membuktikan bahwa ketaatan diatas
segala-galanya.. Ibrahim tetap taat meskipun berbeda pendapat. Lalu bagaimanakah dengan kita?
Setaat
dan sepatuh apakah kita kepada orang tua kita manakala orang tua kita
memerintah? Seberapa sering kita patuh pada perintah ibu atau bapak kita? Tak
jarang kita membangkang saat ayah atau ibu kita memerintah kita, hanya karena bertolak belakang dengan pendapat
atau keinginan kita. Padahal titah dan perintah orang tua kita tidaklah
menyalahi syariat… bahkan cenderung menyuruh pada kebaikan dan kebenaran.
Hadirin yang dirahmati Allah
Selanjutnya
sejarah pun merekam jejak Ibrahim yang begitu tegas dan berdiri tegak dihadapan
penguasa saat itu. Namrudz. Ibrahim tetap berdiri tegak tanpa rasa takut meski
harus menerima hukuman dibakar hidup-hidup. Ibrahim tetap bicara tegas tanpa
beban, terlebih merasa berhutang budi. Ibrahim telah menunjukan
sebagai sosok yang merdeka. Tidak terikat dan terkait dengan kepentingan
apapun.
Lalu
saat ini, apakah kita akan mampu berdiri
tegak untuk menentang kemaksiatan? Bicara tegas menegakan kebenaran dihadapan
penguasa yang culas? Atau mampu berdiri tegak dan berkata tegas untuk tetap
memegang teguh kebenaran seraya mengatakan tidak dihadapan godaan harta tahta dan wanita?
Tidak
jarang saat ini banyak pejabat atau para cerdik cendikia terbungkam bisu dan
tidak bisa banyak berkata hanya karena merasa berhutang budi pada penguasa,
naudzubillahimindzalik….
Allohuakbar… Allohuakbar…. Allohuakbar
walilahilhamd….
Hadirin yang dirahmati Allah…
Keluarga
Ibrahim adalah figure keluarga yang paripurna… contoh keluarga yang dilandasi
iman dan taqwa.. keluarga yang terdiri dari Ayah yang Solih, Istri yang solihah
dan anak yang solih… tentu hal tsb menjadi dambaan kita. Untuk itu marilah kita
sama-sama mulai dari diri kita untuk membina ketaqwaan kita dengan tidak
melupakan bahwa istri dan anak kita juga menjadi tanggungjawab kita. Bukankah allah telah berfirman dalam al-quran
surah attahrim ayat 6:
“Jagalah
dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka….”
Rasanya
tidak pantas apabila kita sebagai kepala keluarga menyibukan diri dan
senantiasa menempa keimanan diri, tetapi
kurang peduli dengan anak dan istri kita. Marilah kita sama-sama untuk bersikap
lebih peka, melihat dan bukan hanya
mengintip, mendengar dan bukan hanya menguping apa yang terjadi dengan anak dan
istri kita di belakang kita. Hendaklah kita punya semangat yang sama untuk
terlebih dahulu mengawali dakwah dengan membentuk diri kita menjadi pribadi
yang thoyibah, kemudian berlanjut membina keluarga kita menjadi keluarga yang
thoyibah… lalu dari keluarga tersebut akan terhimpun suatu masyarakat yang
thoyibah… kampung yang thoyibah… komplek yang thoyibah… Dan berharap dari
situlah akan lahir generasi robbi rodhiya.. sebagai rekonstruksi dari
masyarakat madani seperti pada jaman
Rosululloh Muhammad saw.
Dengan
semangat itulah mari kita sama-sama wujudkan, di komplek yang kita cintai ini,
di Bumi langgeng yang kita banggakan ini, kita sama-sama berjamaah, berdiri dalam
shaf-shaf untuk mewujudkan wilayah Bumi Langgeng yang Baldatun thoyyibatun
warobbun ghofur…
“Walau
anna ahlal quro amanu wataqau lafatahna alaihim barokati minassamai wal ardh….”
Seandainya
penduduk suatu negeri, penduduk suatu komplek beriman dan bertakwa akan aku
bukakan keberkahan dilangit dan dibumi…..”
Allohuakbar… allohuakbar… allohuakbar
walilahilhamd….
Hadirin yang dirahmati Alloh
Akhirnya
kita akan menyaksikan sebuah kisah yang mengagumkan, kisah yang menjadi wasilah
atas adanya syariah qurban…. Kisah yang Allah abadikan dalam firmannya dalam
alquran surat Fusilat ayat 102:
“Maka ketika anak itu (Ismail) sudah sampai
umur, Ibrahim berkata: wahai anakku sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”
Hadirin rohimakumulloh….
ada
dua perasaan yang berkecamuk pada dua manusia pilihan tersebut:
logika
mana yang bisa menerima saat anak yang diidam-idamkan harus ditinggalkan di
usia bayi, kemudian setelah bertemu di usia
remaja lalu harus disembelih oleh tangannya sendiri?
Logika
mana juga yang bisa menerima saat seorang ayah yang meninggalkan anaknya di
saat masih bayi, dan hanya dirawat oleh ibunya di gurun yang tandus, dalam
kefakiran dan kepapaan, lalu setelah
dewasa Allah takdirkan untuk berjumpa dengan ayahnya, bukan pelukan hangat yang didapat…. Atau
gelimang harta yang diterima dari ayahandanya… malah permintaan untuk
disembelih oleh tangan ayahnya sendiri… ayah yang sepertinya tidak ikut merawat
atau membesarkannya?
Sekali
lagi…. Ada pelajaran berharga dalam kisah ini
Sekali
lagi pula kita dipertontotnkan bahwa ketaatan di atas segala-galanya… ketaatan
yang absolute… ketaatan yang tanpa syarat dan ketentuan.
Hadirin yang dirahmati Allah…
Simaklahlah
pula kebijakan Nabiyulloh Ibrahim as… meskipun beliau yakin dengan perintah
Allah swt dan beliau sangat taat dengan perintah tsb, namun ketika ketaatan
menyangkut pengorbanan orang lain, Nabi Ibrahim as. Tetap meminta pendapat
kepada anaknya.
Fandzur
ma tumaru….?
What
do you think about it?
Maka
bagaimana pendapatmu…?
Nabi
Ibrahim tidak otoriter meskipun dia mempunyai otoritas, tidak ada arogansi dalam
komunikasi, apalagi penindasan atau kesewenang-wenangan dari atas ke bawah. Hal
ini menyiratkan pesan untuk kita, dalam posisi apapun hendaklah kita kedepankan
musyawarah dengan tetap menghargai dan memberikan kesempatan kepada pihak lain
untuk menyampaikan pendapatnya.
Hadirin yang dirahmati Alloh
Lalu
dengarlah apa jawaban Ismail saat itu:
…..
Wahai ayahanda.. lakukanlah apa yang diperintah Allah kepadamu. Insya Allah
engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Allohuakbar… allohuakbar…. Allohuakbar
walilahilhamd..
Ada
pendidikan ibunda tercinta di sana, ada andil seorang ibu dalam jawaban Ismail, yang telah membentuk
karakter Nabi Ismail sehingga menjelma
menjadi pribadi yang taat dan shabar. Sungguh menggambarkan betapa
pentingnya pendidikan dini bagi anak-anak kita, pendidikan yang terpadu yang
dimulai sejak anak-anak kita kecil, dan itu dimulai dari keluarga.
Allohuakbar… allohuakbar… allohuakbar
walilahilhamd
Kisah
keluarga Ibrahim ini, sungguh merupakan sebuah kisah yang sarat makna… yang
apabila kita mampu menerapkannya dan mewujudkannya niscaya Allah akan mencukupi
segala kebutuhan kita
Hasbunallohu
wani,mal wakil…. Ni,mal maula wani’mannasir…
Hadirin yang dirahmati Alloh
Akhirnya,
semoga ‘Idul Adha dengan berbagai ibadah yang kita laksanakan sekarang ini
dapat membangunkan kembali tidur kita, mengambil hikmah dan ibroh dalam kisah
keluarga Ibrahim as, Kemudian, kita
berikhtiar sekuat tenaga untuk memperbanyak amal saleh sebagai pelebur amal-amal
buruk selama ini. Amin !
Hadani waiyyakum ajmain
Barokallohulii walakum wanafaani waiyakum
bima fiihi minal ayati wadzikril hakim wataqobala minni waminkum tilawatahu
innahu huawasamiun alim……
KHUTBAH KEDUA
Allohuakbar…allohuakbar….allohuakbar…..allohuakbar….allohuakbar
Allohuakbar
kabiro walhamdulillahikatsiro wasubhannallohibukrotawaasila…
Alhamdulilahilladzi
hadzanalihada wama kunalinahtadiya laula anhadanalloh
Asyhaduallailahaillaoh
Waasyhaduannamuhammadarosululloh
Allohummasoli
ala muhammad waala ali muhammad
Amma badu
Fayaa ibadalloh…
usikum wanafsi bitaqwallah… ittaqulloh haisu makuntum
Ittaqulloh mas
tatotum
Kola lohu taala
fil quranil karim
Audzubillahiminasyaitonirojim
Bismillahirohmanirrohim
Inna atoina kal
kautsar
Fasoli lirobika
wanhar
Inna sani aka
huwal abtar
Sodaqollohul
adzim
Hadirin yang
dirahmati Alloh
Pada
khutbah yang kedua ini marilah kita sama-sama bermunajat kepada Allah dengan
penuh harap dan yakin seraya tetap tawadhu disertai hati khusu’ agar kita
senantiasa berada dalam lindungan Allah swt
Innalloha wamalaikatahu
yusoluna ala nabiy..
Yaayuhaladzina
amanu solu allaihi wasalimmutaslima
Allohuma soliala
muhammad
Waala ali
muhammad…….
Ya Alloh… pagi ini kami berkumpul untuk mensyukuri nikmat
yang telah engkau limpahkan kepada kami
Golongkanlah kami pada golongan orang-orang yang pandai
bersyukur…..
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah
sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah
sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik
pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik
pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik
pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang zhalim dan
kafir.
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia
merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia
menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali
kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan
dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang
membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu
dan berikan ketaatan
kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu
dan anugerahkan pula
keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini.
Ya Allah, anugerahkan
kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama
kami masih hidup
dan jadikanlah ia warisan bagi kami.
Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan
agama kami
dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami
terbesar dan puncak dari ilmu kami
dan jangan jadikan
berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat,
mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.
Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.
وْرًا
وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًااَللَّهُمَّ
اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُ
Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) haji yang
mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang diampuni, perdagangan yang tidak akan
mengalami kerugian
رَبَّنَا اَتِنَا
فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ibadalloh
Innaloha
yamuruna bil adli wal ihsan waita-i dzil qurba wayanha anil fahsya-i walmunkari
walbaghy.. yaidukum lalalkum tadzakarun waladzikrulohiakbar…astaghfirulloha lii
walakum wassalamualaikum wrwb
Abu Fadhlan
12 Sept 2016/10 Dzulhijjah 1437H
Komplek Bumi Langgeng
Bandung