Rabu, 14 September 2016

Khutbah Idul Adha 1437 H Komplek Bumi Langgeng Cileunyi-Bandung



 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.

اَللَّهُ أَكْبَرْ’ اَللَّهُ أَكْبَرْ’ اَللَّهُ أَكْبَرْ’
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّ
ئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
 لهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
، أَمَّابَعْدُ؛
عِبَادَاللَّهِ
. اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِىْ بِتَقْوَوْىاللَّهِ فَقَدْفَا زَالْمُتَّقُوْنَ 
.
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِىالْقُرْآنِ الْعَظِيْمْ’

آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا يَا أَيُّهَا الَّذِين

Hadirin jamaah Idul Adha yang dirahmati Alloh

 Alhamdulillah pagi ini kita dapat berkumpul menikmati indahnya matahari, sejuknya hawa pagi sembari mengumandangkan takbir mengagungkan Ilahi Rabbi dirangkai dengan dua raka’at Idul Adha sebagai upaya mendekatkan diri kepada Yang Maha Suci. Marilah kita bersama-sama meningkatkan taqwa kita kepada Allah swt dengan sepenuh hati. Kita niatkan hari ini sebagai langkah awal memulai perjalanan diri mengarungi kehidupan seperti yang tercermin dalam keta’atan dan ketabahan Nabi Allah Ibrahim as menjalani cobaan dari Allah Yang Maha Tinggi.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Idul adha disebut juga idul qurban  adalah hari raya yang tidak terpisahkan dengan Udhiyah atau penyembelihan hewan qurban, yang mana daging dari hewan sembelihan tersebut dibagikan kepada segenap umat manusia tanpa terkecuali, baik yang meminta maupun tidak, baik muslim maupun non muslim, baik kaya maupun miskin.
Ada beberapa hikmah yang bisa kita ambil dan maknai dalam peristiwa idul adha ini
Hikmah pertama
Idul adha bermakna mendekatkan diri
Qurban secara harfiah berasal dari kata qoroba  bermakna dekat. Qurban dimaknai mendekatkan diri. Esensinya adalah pendekatan diri,baik secara vertical dalam arti mendekatkan diri pada Allah swt maupun secara horizontal dalam arti mendekatkan diri dengan masyarakat sosial sekitar.
Ditengah rutinitas kita,  disadari atau tidak sebagai manusia kita sering terlena dengan kesibukan dan rutinitas kita. Sehingga kita mulai melonggarkan kedekatan kita baik dengan Allah Robul Ijati maupun dengan tetangga dan sanak saudara. Setapak demi setapak kita menjauh… lama-lama kita semakin jauh.. akhirnya penghambaan diri kita kepada Allah terkadang hanya prosesi ritual semata, sekedar gugurkan kewajiban, itupun di sela-sela waktu dan tenaga kita yang tersisa…,akhirnya ibadah mahdhoh yang kita lakukan menjadi tanpa ruh.. dan tidak ada atsar yang terwujud dalam kehidupan kita.
Pun begitu setapak demi setapak kita merenggang dari masyarakat sekitar, atas nama sibuk dan rutinitas kerja terkadang kita lupa untuk sekedar sapa pada tetangga,
Semakin lama kita menjelma menjadi makhluk yang individualistis, terlebih saat secara materi kita bisa penuhi sendiri segala kebutuhan. Maka kita agak tidak peduli dengan apa yang terjadi dengan orang, saudara atau tetangga di kanan dan di kiri.
Dengan qurban yang bermakna mendekatkan diri inilah mari kita jadikan momentum untuk kembali merajut ikatan yang mulai terurai, menyambung mata rantai yang mulai tercerai berai, mendekatkan diri, mengikatkan hati, tanpa pamrih menjalin kasih, dengan saudara dan handai taulan.

Hadirin yang di Rahmati Allah
Hikmah kedua qurban mengikis kesombongan diri
Pada peristiwa qurban juga kita jumpai pembelajaran untuk mengikis kesombongan diri. Bukankah syariat qurban berawal ketika Allah SWT menagih ucapan Nabi Ibrahim, yang tatkala beliau berkurban dengan Hewan dalam jumlah banyak,  kemudian ada orang yang memuji kedermawanan beliau. Maka munculah watak manusiawinya dengan mengatakan jangankan sekedar hewan, anak sekalipun kalau Allah minta harus di qurbankan akan di qurbankan
Ada sifat kesombongan yang terselip dalam ucapan tersebut, sehingga Allah mengikis habis sifat  tersebut dari Nabiyulloh yang termaksum itu, dengan sebuah pembelajaran yang sangat agung dan menakjubkan
Sifat kesombongan adalah virus iman yang bisa menyerang siapa saja, dalam kondisi apa saja. Virus kesombongan tidak hanya menyerang orang yang bergelimang dalam kemaksiatan, seorang ahli ibadah yang alim pun tidak jarang terserang oleh penyakit ini. Bukankah sejarah pun mencatat kalau Iblis la’natulloh alaih awalnya adalah sosok yang rajin ibadah sehingga Allah angkat derajat dan tempatnya ke alam malakut, namun karena kesombongannya lah akhirnya derajat tinggi tersebut harus berakhir tragis dengan dinobatkannya Iblis la’natulloh sebagai makhluk durjana. Naudzubillahi min dzalik…
Hadirin Rahimakumulloh
Virus kesombongan  ini akan menyerang kita dengan gejala awal dimana seseorang akan merasa takjub dengan kemampuan dirinya, kemudian muncul sum’ah dimana setiap ucapannya berharap didengar khalayak, atau riya dimana setiap perbuatannya senantiasa ingin dilihat dan diperhatikan orang banyak. Setelah itu munculah ketakaburan, kesombongan diri, selalu ingin berada diatas orang lain, dan tidak senang ada orang yang menyamainya terlebih berada di atasnya, dia tidak lagi suka dengan kritikan, dan senantiasa mematikan setiap pihak yang berseberangan atau berpotensi menyamainya. Orang takabur cenderung bersikap individualistis, plamboyan ingin berada di puncak sendiri, tidak senang ketika ada yang menyamainya terlebih melebihinya.
Dengan demikian orang yang terjangkit sifat takabur ini sejatinya telah merebut hak Allah. Telah memakai selendang Allah yang memang sangat  tidak layak dipakai oleh kita sebagai makhluk-Nya.
Ada baiknya kita antisipasi serangan virus ini dengan lebih prefentif, ketika pujian atau sanjungan tertuju pada kita marilah kita beristighfar seraya tetap meyakinkan diri bahwa  hanya Allah lah dzat yang hamiid dan al-mutakabir.

Hadirin yang dirahmati Allah
Pada waktu yang bersamaan saudara-saudara kita pada saat ini, di padang arofah sedang melakukan wukuf, dengan mengenakan dua lembar kain putih tanpa jahitan, tanpa mode, tanpa hiasan dan aksesories lainnya. Semua duduk sama rata, menyibukan dirinya hanya dengan Allah swt. Padang arafah menjadi miniature dari Padang Mahsyar dimana kita akan dikumpulkan dengan menanggalkan segala atribut-atribut keduniawian.
Saat ini diakui atau tidak baju yang kita kenakan dengan segala atribut dan aksesories yang diselamatkan adalah menjadi lambing status dalam sosial kemasyarakatan, dan diakui atau tidak menjadi salah satu penyebab merenggangnya kita dengan sanak dan sesama manusia. Selain itu atribut-atribut itu pula yang menjadi pemicu tumbuhnya virus-virus keangkuhan dan kesombongan dalam hati kita. Dengan perlambang wukuf inilah semua ini dinafikan,  Seraya kita berlindung kepada Allah dari segala sifat-sifat kesombongan kita pun berdoa semoga kita semua segera diundang Allah swt untuk dapat bermunajat di Padang Arofah itu dalam ibadah wukuf. Aamiin ya Robbal alamiin….
Allohuakbar allohuakbar alohuakbar walillahhilhamd
Hadirin yang dirahmati Alloh…
Hikmah ketiga dalam qurban ini adalah ketaatan
Dalam sejarah Ibrahim AS dan peristiwa qurban,  terselip pula  makna ketaatan yang dalam, ketaatan yang absolute, ketaatan yang tanpa syarat dan ketentuan.
 Ibrahim as mengajarkan kita hakikat ketaatan diatas segalanya, diatas kecerdasan otak atau logika. Bagaimana digambarkan kisah Ibrahim AS yang sangat mendambakan seorang anak, maka di usia yang tidak muda lagi Alloh menakdirkan istrinya siti Hajar untuk mengandung buah cintanya yang kelak bernama Ismail AS. Namun saat bayi itu lahir justru Allah memerintahkan bayi Ismail dan Ibunya untuk ditinggalkan disuatu padang gersang.

Hadirin rohimakumulloh
Logika mana yang bisa menerima tatkala anak yang sangat di idam-idamkan, harus ditinggalkan di tempat yang saat itu menurut pandangan manusia sangat tidak menjanjikan, bukan di simpan di gedung mewah atau di villa megah. Namun ditinggalkan di gurun tandus di padang gersang. Ada cinta yang harus di korbankan, ada kasih sayang yang harus dikorbankan, cinta dari seorang suami kepada istrinya, kasih sayang seorang ayah kepada anaknya. Atas nama sami’na waatho’na semua kecil dan tidak berarti. Bagi Ibrahim AS ketaatan tanpa syarat  diatas segala-galanya. Namun pun begitu, sisi manusiawi seorang Ibrahim pun tetap muncul, tatkala Ibrahim mempresentasikan keadaan gurun tempat dimana beliau harus meninggalkan istri dan anaknya. Seakan-akan Ibrahim as menganggap Allah tidak tahu dengan keadaan medan gurun yang dimaksud. Ibrahim AS seperti ingin menjelaskan sekaligus meyakinkan kepada Allah SWT benarkah Allah swt memerintahkan untuk meninggalkan keturunannya di tempat ini, ditempat seperti ini?
Hal ini diabadikan Allah dalam firmannya Alquran surah Ibrahim ayat 47 ::

 






Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku tinggalkan keturunanku di gurun yang tidak ada tumbuhan…..”                                                                                                                                                                                                                                                                                
Maka ketika ibrohim as meninggalkan siti hajar dan bayi Ismail… maka Siti hajar pun bertanya: wahai suamiku… apakah engkau tidak sayang terhadap anak dan istrimu ini…. Ibrahim tidak menjawab dan terus berjalan meninggalkannya… bertanya lagi siti hajar… wahai suamiku.. tegakah engkau tinggalkan anak dan istrimu di tempat seperti ini…?
Ibrahim tetap tidak menjawab. Kemudian siti Hajar bertanya untuk ketiga kalinya… wahai suamiku apakah engkau tinggalkan kami di sini atas perintah Allah swt…? Sontak Ibrahim membalikan badannya dan menjawab dengan penuh keyakinan “ benar istriku…!”
Sikap membisu Ibrahim kala ditanya untuk pertanyaan pertama dan kedua menyiratkan bahwa Ibrahim tidak mampu menggambarkan dengan kata-kata untuk menjelaskan bahwa betapa sayang dan cintanya Ibrahim terhadap anak dan istrinya, namun perasaan mendalam itu harus beliau tekan sedalam mungkin sehingga tidak membuncah dalm ucapan atau ratapan.. namun tatkala ditanya untuk ketiga kalinya, dengan kemantapan hati beliau menjawab seraya penuh keyakinan bahwa Allah sangat bertanggungjawab dengan kelangsungan anak dan istrinya ketika perintah-Nya dijalankan.
Sekali lagi… ada ketaatan absolute di sana, ketaatan tanpa syarat… ketaatan yang tidak bisa ditawar tawar…
Lalu bagaimanakah dengan kita?
Tak jarang…….
atas nama cinta dan kasih sayang kita berikan toleransi pada anak-anak kita, sehingga kita lakukan pembiaran mana kala anak kita menjauh dari ketaatan kepada Allah…
atas nama kemajuan jaman kita biarkan anak-anak kita untuk bermain-main di area penuh kemaksiatan
atas nama budaya dan kekinian kita biarkan anak gadis dan istri kita mengenakan perhiasan atau pakaian yang mengumbar aurat….. bahkan kita yang membelikannya
naudzubillahimindzalik….

Hadirin yang dirahmati Allah…
Kembali pada kisah Ibrahim…
Selanjutnya Siti hajar bertanya… kepada siapakah engkau akan titipkan aku dan anakmu?
Kembali dengan mantap Ibrahim menjawab… Kepada Allah yang maha kaya dan maha mencukupi…!”
Seraya bayi Ismail dalam pangkuannya, Siti hajar menjawab: Rodhitu billahirobba…. Satajiduni Insya Allah minashobirin…”
Jawaban tulus inilah yang menitis pada bayi Ismail, di rekam oleh memori otak yang super canggih, maha karya sang maha pencipta…  hingga jawaban ini pula yang keluar kelak dari seorang pemuda bernama Ismail tatkala ayahnya menyampaikan perintah untuk menyembelihnya.
Sungguh sebuah pendidikan dini yang menakjubkan, ketika Ibu dengan tulus menyayangi anaknya, membisikan atau memperdengarkan kalimat-kalimat thoyibah pada anak yang digendongnya… disadari atau tidak akan sangat berpengaruh pada pembentukan karakter anak tersebut kelak
Apa jadinya kita: manakala ibu yang ditimpa kemalangan, merasa tersakiti oleh suaminya kemudian mengeluarkan sumpah serapah atau kata-kata kotor? Dan itu didengar oleh anak-anak kita.
Siapa yang disalahkan manakala kita sering mendengar anak-anak generasi kita sangat ringan untuk sumpah serapah, mengumpat, melaknat, dan berkata yang tidak pantas..?
Mari kita teladani… dan mari kita sama-sama lakukan introspeksi sejauh mana kita hayati…

Allohuakbar… allohuakbar… allohuakbar walilahilhamd…
Hadirin yang dirahmati Alloh...
Setiap tahun kita rayakan idul adha, setiap tahun kita diingatkan dengan keagungan kisah keluarga Ibrahim as. Namun adakah hikmah yang kita gamit dari sana? Atau hanya dianggap cerita fantastis belaka yang kita ceritakan sebagai pengantar tidur anak-anak kita?
Tentu kita tidak ingin demikian….
Ibrahim sebagai sosok pribadi yang paripurna penuh suri tauladan yang bisa kita jadikan panutan untuk kita tiru. Bagaimana kisah kembali menceritakan sosok Ibrahim muda yang begitu patuh pada ayahandanya; Azar yang saat itu sebagai arsitek, pembuat, sekaligus penjual berhala,  tuhan-tuhan yang saat itu disembah… lalu meminta Ibrahim sebagai anaknya untuk menjual dan menjajakan tuhan-tuhan tsb. Ada pemberontakan dalam hati Ibrahim, ada perbedaan pikiran antara Ibrahim dengan ayahnya. Namun kembali membuktikan bahwa ketaatan diatas segala-galanya.. Ibrahim tetap taat meskipun berbeda pendapat.  Lalu bagaimanakah dengan kita?
Setaat dan sepatuh apakah kita kepada orang tua kita manakala orang tua kita memerintah? Seberapa sering kita patuh pada perintah ibu atau bapak kita? Tak jarang kita membangkang saat ayah atau ibu kita memerintah kita,  hanya karena bertolak belakang dengan pendapat atau keinginan kita. Padahal titah dan perintah orang tua kita tidaklah menyalahi syariat… bahkan cenderung menyuruh pada kebaikan dan kebenaran.

Hadirin yang dirahmati Allah
Selanjutnya sejarah pun merekam jejak Ibrahim yang begitu tegas dan berdiri tegak dihadapan penguasa saat itu. Namrudz. Ibrahim tetap berdiri tegak tanpa rasa takut meski harus menerima hukuman dibakar hidup-hidup. Ibrahim tetap bicara tegas tanpa beban,  terlebih merasa  berhutang budi. Ibrahim telah menunjukan sebagai sosok yang merdeka. Tidak terikat dan terkait dengan kepentingan apapun.
Lalu saat ini,  apakah kita akan mampu berdiri tegak untuk menentang kemaksiatan? Bicara tegas menegakan kebenaran dihadapan penguasa yang culas? Atau mampu berdiri tegak dan berkata tegas untuk tetap memegang teguh kebenaran seraya mengatakan tidak  dihadapan godaan harta tahta dan wanita?
Tidak jarang saat ini banyak pejabat atau para cerdik cendikia terbungkam bisu dan tidak bisa banyak berkata hanya karena merasa berhutang budi pada penguasa, naudzubillahimindzalik….

Allohuakbar… Allohuakbar…. Allohuakbar walilahilhamd….
Hadirin yang dirahmati Allah…

Keluarga Ibrahim adalah figure keluarga yang paripurna… contoh keluarga yang dilandasi iman dan taqwa.. keluarga yang terdiri dari Ayah yang Solih, Istri yang solihah dan anak yang solih… tentu hal tsb menjadi dambaan kita. Untuk itu marilah kita sama-sama mulai dari diri kita untuk membina ketaqwaan kita dengan tidak melupakan bahwa istri dan anak kita juga menjadi tanggungjawab kita.  Bukankah allah telah berfirman dalam al-quran surah attahrim ayat 6:
“Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka….”
Rasanya tidak pantas apabila kita sebagai kepala keluarga menyibukan diri dan senantiasa menempa keimanan diri,  tetapi kurang peduli dengan anak dan istri kita. Marilah kita sama-sama untuk bersikap lebih peka,  melihat dan bukan hanya mengintip, mendengar dan bukan hanya menguping apa yang terjadi dengan anak dan istri kita di belakang kita. Hendaklah kita punya semangat yang sama untuk terlebih dahulu mengawali dakwah dengan membentuk diri kita menjadi pribadi yang thoyibah, kemudian berlanjut membina keluarga kita menjadi keluarga yang thoyibah… lalu dari keluarga tersebut akan terhimpun suatu masyarakat yang thoyibah… kampung yang thoyibah… komplek yang thoyibah… Dan berharap dari situlah akan lahir generasi robbi rodhiya.. sebagai rekonstruksi dari masyarakat madani seperti  pada jaman Rosululloh Muhammad saw.
Dengan semangat itulah mari kita sama-sama wujudkan, di komplek yang kita cintai ini, di Bumi langgeng yang kita banggakan ini,  kita sama-sama berjamaah, berdiri dalam shaf-shaf untuk mewujudkan wilayah Bumi Langgeng yang Baldatun thoyyibatun warobbun ghofur…

“Walau anna ahlal quro amanu wataqau lafatahna alaihim barokati minassamai wal ardh….”
Seandainya penduduk suatu negeri, penduduk suatu komplek beriman dan bertakwa akan aku bukakan keberkahan dilangit dan dibumi…..”

Allohuakbar… allohuakbar… allohuakbar walilahilhamd….
Hadirin yang dirahmati Alloh

Akhirnya kita akan menyaksikan sebuah kisah yang mengagumkan, kisah yang menjadi wasilah atas adanya syariah qurban…. Kisah yang Allah abadikan dalam firmannya dalam alquran surat Fusilat ayat 102:

“Maka ketika anak itu (Ismail) sudah sampai umur, Ibrahim berkata: wahai anakku sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”

Hadirin rohimakumulloh….

ada dua perasaan yang berkecamuk pada dua manusia pilihan tersebut:
logika mana yang bisa menerima saat anak yang diidam-idamkan harus ditinggalkan di usia  bayi, kemudian setelah bertemu di usia remaja lalu harus disembelih oleh tangannya sendiri?
Logika mana juga yang bisa menerima saat seorang ayah yang meninggalkan anaknya di saat masih bayi, dan hanya dirawat oleh ibunya di gurun yang tandus, dalam kefakiran dan kepapaan,  lalu setelah dewasa Allah takdirkan untuk berjumpa dengan ayahnya,  bukan pelukan hangat yang didapat…. Atau gelimang harta yang diterima dari ayahandanya… malah permintaan untuk disembelih oleh tangan ayahnya sendiri… ayah yang sepertinya tidak ikut merawat atau membesarkannya?
Sekali lagi…. Ada pelajaran berharga dalam kisah ini
Sekali lagi pula kita dipertontotnkan bahwa ketaatan di atas segala-galanya… ketaatan yang absolute… ketaatan yang tanpa syarat dan ketentuan.

Hadirin yang dirahmati Allah…
Simaklahlah pula kebijakan Nabiyulloh Ibrahim as… meskipun beliau yakin dengan perintah Allah swt dan beliau sangat taat dengan perintah tsb, namun ketika ketaatan menyangkut pengorbanan orang lain, Nabi Ibrahim as. Tetap meminta pendapat kepada anaknya.
Fandzur ma tumaru….?
What do you think about it?
Maka bagaimana pendapatmu…?
Nabi Ibrahim tidak otoriter meskipun dia mempunyai otoritas, tidak ada arogansi dalam komunikasi, apalagi penindasan atau kesewenang-wenangan dari atas ke bawah. Hal ini menyiratkan pesan untuk kita, dalam posisi apapun hendaklah kita kedepankan musyawarah dengan tetap menghargai dan memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk menyampaikan pendapatnya.

Hadirin yang dirahmati Alloh
Lalu dengarlah apa jawaban Ismail saat itu:

….. Wahai ayahanda.. lakukanlah apa yang diperintah Allah kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Allohuakbar… allohuakbar…. Allohuakbar walilahilhamd..

Ada pendidikan ibunda tercinta di sana, ada andil seorang ibu  dalam jawaban Ismail, yang telah membentuk karakter Nabi Ismail sehingga menjelma  menjadi pribadi yang taat dan shabar. Sungguh menggambarkan betapa pentingnya pendidikan dini bagi anak-anak kita, pendidikan yang terpadu yang dimulai sejak anak-anak kita kecil, dan itu dimulai dari keluarga.

Allohuakbar… allohuakbar… allohuakbar walilahilhamd
Kisah keluarga Ibrahim ini, sungguh merupakan sebuah kisah yang sarat makna… yang apabila kita mampu menerapkannya dan mewujudkannya niscaya Allah akan mencukupi segala kebutuhan kita
Hasbunallohu wani,mal wakil…. Ni,mal maula wani’mannasir…

Hadirin yang dirahmati Alloh
Akhirnya, semoga ‘Idul Adha dengan berbagai ibadah yang kita laksanakan sekarang ini dapat membangunkan kembali tidur kita, mengambil hikmah dan ibroh dalam kisah keluarga Ibrahim as,   Kemudian, kita berikhtiar sekuat tenaga untuk memperbanyak amal saleh sebagai pelebur amal-amal buruk selama ini. Amin !

Hadani waiyyakum ajmain
Barokallohulii walakum wanafaani waiyakum bima fiihi minal ayati wadzikril hakim wataqobala minni waminkum tilawatahu innahu huawasamiun alim……

KHUTBAH KEDUA

Allohuakbar…allohuakbar….allohuakbar…..allohuakbar….allohuakbar
Allohuakbar kabiro walhamdulillahikatsiro wasubhannallohibukrotawaasila…
Alhamdulilahilladzi hadzanalihada wama kunalinahtadiya laula anhadanalloh
Asyhaduallailahaillaoh
Waasyhaduannamuhammadarosululloh
Allohummasoli ala muhammad waala ali muhammad
Amma badu
Fayaa ibadalloh… usikum wanafsi bitaqwallah… ittaqulloh haisu makuntum
Ittaqulloh mas tatotum
Kola lohu taala fil quranil karim
Audzubillahiminasyaitonirojim
Bismillahirohmanirrohim
Inna atoina kal kautsar
Fasoli lirobika wanhar
Inna sani aka huwal abtar
Sodaqollohul adzim

Hadirin yang dirahmati Alloh

Pada khutbah yang kedua ini marilah kita sama-sama bermunajat kepada Allah dengan penuh harap dan yakin seraya tetap tawadhu disertai hati khusu’ agar kita senantiasa berada dalam lindungan Allah swt
Innalloha wamalaikatahu yusoluna ala nabiy..
Yaayuhaladzina amanu solu allaihi wasalimmutaslima
Allohuma soliala muhammad
Waala ali muhammad…….

Ya Alloh… pagi ini kami berkumpul untuk mensyukuri nikmat yang telah engkau limpahkan kepada kami
Golongkanlah kami pada golongan orang-orang yang pandai bersyukur…..
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang zhalim dan kafir.
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu
 dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu
 dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini.
 Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup
dan jadikanlah ia warisan bagi kami.
Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami
dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami
 dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.

 وْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًااَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُ
Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ibadalloh
Innaloha yamuruna bil adli wal ihsan waita-i dzil qurba wayanha anil fahsya-i walmunkari walbaghy.. yaidukum lalalkum tadzakarun waladzikrulohiakbar…astaghfirulloha lii walakum wassalamualaikum wrwb



Abu Fadhlan
12 Sept 2016/10 Dzulhijjah 1437H
Komplek Bumi Langgeng
Bandung