Kamis, 01 Maret 2018

SYETAN MENGEJAWANTAH


Dulu, orang berbuat maksiat dengan sembunyi-sembunyi
Karena orang masih mendengar hati nurani
Dan hati adalah fitrah sehingga condong pada Illahi
Kemudian…
Orang berbuat maksiyat
Melihat ustadz dan kiyai mereka kabur, mereka minggat
Malu jika maksiyat di lihat orang yang taat
Kini…
Maksiyat seperti anak mainan lumpur
Ditegur malah ngajak tempur
Tidak malu, tidak takut, katanya pantang mundur
Datang ustadz datang kyai...
Ditegurlah pemabuk, malah ngamuk
Ditegurlah penjudi ngajak berkelahi
Ditegurlah pe-riba malah mencela
Ditegurlah pencuri, balik emosi
Karena kini...
Syetan tidak lagi hanya berbisik
Syetan sudah menjelma.... mengejawantah
Kini...
Syetan berani menjadi penjegal dan penjagal dakwah



“Tribute for Ulama”

SUMUJUD

naha beut rus ras....
kabayang dina kongkolak....
waktos anjeun nungtun kuring meuntas wahangan....
cukang jambe nu ngadadak simpe...
ngajampe ka anjeun nu nganteur sapinuh hate....
anjeun nu dareuda jeung semu era
wakca seja nitip kuring ka sakola
sangkan bisa maca, pikeun bekeleun jaga....
palias jiga ema nu tuna kabisa... cenah bari cumalimba
komo ari ras...
pajarkeun kuring nu teu apal rupaning bapa...
kiwari...
anjeun diuk moyan dina bangku anu basajan...
lain singgasana korsi gading gilang kancana...
rambut nu pinuh ku cetukna huis, leumpang nu tos cueut ka hareup....
janten saksi yen anjeun istri sajati, anu rongkah ngatik ngadidik kuring....
duh indung.... hampura anu kaseja...
lamun kuring teu pati open ka salira...
pajarkeun riweuh jeung riweuh ku pasualan nu teu sapira...
mugia ngama'lum...
sanes putra anu seja ngijing sila...
kirang peryoga ka salira ema...
estu kuring era parada...
nepi ka kiwari teu bisa ngadama-dama
teu bisa mulang tarima...
Robighfirli waliwalidaya warhamhuma kama robbayani shogiro...
Aamiin

CAWAN RETAK

Meramu asa dalam kepingan yang tersisa
Teronggok lama dalam kantong kelam kenangan
Berdebu dan berjelaga hina...
Kucampakkan engkau... Berharap datang pengganti
Dan terus kukayuh dengan tenaga tersisa,
namun tak kunjung kujumpai pula...
Cawan indah sesuai teori para bijak bestari
Hingga....
kupungut lagi engkau... Wahai guci yang terpuruk..
Ku usap jelagamu, kutiup serpihanmu dari kelabunya debu
Kusadari...
Hanya ini yang kumiliki dan harus kupertanggungjawabkan di hari baanku nanti...
Kupeluk engkau wahai jiwa yang lapuk....
Entah berapa banyak perekat taubat untuk kembali merakit rojamu
Entah berapa lautan istighfar yang harus kuarungi....
untuk membasuh jelaga busuk masa lalumu..
Terlalu banyak gurat retakmu... Cerminan pecah fitrahmu...
Akulah sang jiwa terpuruk....
Penuh harap pada Penggenggam sukma..
Menengadah penuh iba,
merunduk lesu nan sendu pilu
Kembali menganyam meski dalam temaram....
Merakit dalam rintihan sakit..
Keping demi keping kusambung pecahan itu,
meski dengan jemari tersisit perih..
Kusadari....
Engkaulah takdirku
Meski tidak lagi utuh... setidaknya berwujud penuh...
Berharap Sang Pemilik memaklumi retakan itu...
Karena jauh dan asingnya rimba yang harus ku kembara...
Terimalah... wahai Sang Pencipta...
Gunung Manglayang
ujung jumadil awal 1439H
"Peng-asing di keramaian"

HAMPARAN SETENGAH TIANG

HAMPARAN SETENGAH TIANG


Sujudku sebatas pernyataan ketidakmampuan
Tilawahku pencerminan ketidak tahuan
Bukan karena alim ataupun fahim
Semata menyadari bahwa aku tidak mampu...
Semoga Engkau menyempurnakan... Wahai dzat sang Maha Sempurna....
Ikhtilaf, jidal dan persanggahan..
Hanya remah yang jauh panggang dari pada api
Setidaknya itulah yang kuyakini...
Setidaknya sampai hari ini... Dan untuk hari ini
Kuhindari engkau.. Wahai bising para pendakwah...
Berbusa mulutmu, berasap telingamu, memerah pandanganmu
Semua menghujat dengan nafas tersengal...
Berlomba saling memacu antara rasa dan nafsu
Tercermin dengan getaran kokoh ujung jarimu
Meracau...menghardik meski dalam keheningan...
Aku sekali lagi menjauh...
Sebatas kepapaan dan kebodohan yang menyelimutiku
Berpasrah atas semuanya
Menepi di ujung pinggiran becek... atau curaman terjal
Bukan... Bukan menghindar...
Setidaknya aku ingin memohon pada-Mu wahai dzat penggenggam kebenaran yang haq...
Tunjukan aku pada kebenaran yang jelas dan tegas benarnya dan aku berpasrah pada-Mu untuk senantiasa diistiqomahkan pada kebenaran sejati-Mu...😭

BARA DIATAS HAMPARAN PUSPA

BARA DIATAS HAMPARAN PUSPA


Aku menembus batas penghambaan
Menghirup udara baru dari sisa sepenggalahan
Aku terkapar dan tercekik... Lelah...
Namun pasrah hingga ke buritan
Menghujam menembus memukul bayu
Menghantam menerjang menyerang arang
Laksana biduk mencabik hamparan bara...
Di alam ini aku menjauh
Hakikatnya menepi menuju labuhan
Menyambut pintu dari ribuan pintu
Yang terserak di hadapannya...
Bara atau kah hamparan bunga...?

ALFAQIR

ALFAQIR


Aku adalah jasad yang terperih
Mengambang dalam samudera hampa
Bias mengalir dalam hentakan ranting
Meski rapuh akar yang mengayuh
Namun papa jasad yang terserak...
Dalam hela, hina dan hempas...
Kembali kubisikan...
Dalam gumam yang patah terucap
Engkaulah sang Maha dahsyat...😭😭

GHARIB

GHARIB

Aku terhuyung dalam indahnya labirin
Terkesiap dalam riuh para pemuja kehinaan
Terperangkap dalam siul dan riuh para penikmat puji
Segeralah ingin kucampakan
Segala dedak dan jelaga berhias gemintang
Sarat dengan muslihat, menyilaukan kasat memendekan akal...
Masuklah aku ke dalam belantara-Mu
Meski asing namun setidaknya tidak bising
Mengembun dan menyirnakan diri..
Dalam pekatnya rohmat-Mu
Ingin kuhanyutkan diri
Dalam arus sungai cinta-Mu
Meski penuh batu nan terjal curam...
Setidaknya manis lah... darah yang keluar....



Kamis, 13 Jum. Tsani 1439H