Kamis, 01 Maret 2018

CAWAN RETAK

Meramu asa dalam kepingan yang tersisa
Teronggok lama dalam kantong kelam kenangan
Berdebu dan berjelaga hina...
Kucampakkan engkau... Berharap datang pengganti
Dan terus kukayuh dengan tenaga tersisa,
namun tak kunjung kujumpai pula...
Cawan indah sesuai teori para bijak bestari
Hingga....
kupungut lagi engkau... Wahai guci yang terpuruk..
Ku usap jelagamu, kutiup serpihanmu dari kelabunya debu
Kusadari...
Hanya ini yang kumiliki dan harus kupertanggungjawabkan di hari baanku nanti...
Kupeluk engkau wahai jiwa yang lapuk....
Entah berapa banyak perekat taubat untuk kembali merakit rojamu
Entah berapa lautan istighfar yang harus kuarungi....
untuk membasuh jelaga busuk masa lalumu..
Terlalu banyak gurat retakmu... Cerminan pecah fitrahmu...
Akulah sang jiwa terpuruk....
Penuh harap pada Penggenggam sukma..
Menengadah penuh iba,
merunduk lesu nan sendu pilu
Kembali menganyam meski dalam temaram....
Merakit dalam rintihan sakit..
Keping demi keping kusambung pecahan itu,
meski dengan jemari tersisit perih..
Kusadari....
Engkaulah takdirku
Meski tidak lagi utuh... setidaknya berwujud penuh...
Berharap Sang Pemilik memaklumi retakan itu...
Karena jauh dan asingnya rimba yang harus ku kembara...
Terimalah... wahai Sang Pencipta...
Gunung Manglayang
ujung jumadil awal 1439H
"Peng-asing di keramaian"